|
Cuci Tangan Pakai Sabun, Cara Mudah Hidup Sehat08 November 2012 Hingga kini masih banyak masyarakat yang beranggap bahwa kegiatan cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan aktivitas merepotkan dan menyita waktu. Sehingga, tidak heran bila sampai sekarang kondisi sanitasi dan perilaku higiene masyarakat Indonesia masih dinilai buruk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bank Dunia dan WHO (World of Organization) pada 2007 menyatakan, buruknya kondisi sanitasi Indonesia dapat menimbulkan kerugian ekonomi hingga sebanyak 2,3% dari Produk Domestik Bruto atau setara dengan Rp 58 triliun pertahun.
Kondisi itu sudah pasti sangat memprihatinkan, sebab dalam laporannya Bank Dunia memaparkan bahwa angka tersebut bisa digunakan untuk mendanai pembangunan jutaan toilet bersih dengan tangki septic yang layak. Di mana, hal itu tentunya berguna untuk memperbaiki kondisi sanitasi di negeri ini.
Selain itu, buruknya kondisi sanitasi dan perilaku higiene masyarakat yang tidak aman juga dapat menimbulkan kejadian luar biasa diare di banyak propinsi. Penurunan kejadian diare sangat penting karena penyakit ini masih menjadi penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia.
Dalam risetnya bank dunia menyatakan ada 3 kondisi yang dapat menurunkan kejadian diare, salah satunya ialah melalui perilaku CTPS. Bahkan, melalui perilaku ini angka diare bisa diturunkan hingga 43 persen.
Dengan itu, tidak heran bila perilaku CTPS kini mulai ramai dikampanyekan oleh berbagai pihak. Contohnya, pada saat memperingati Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) sedunia Ke-5 pada 15 Oktober 2012 lalu yang diadakan di Sekolah Dasar (SD) 04, 05 dan 06 Karet Kuningan, Jakarta.
Di mana, selain mensosialisasikan tentang pentingnya CTPS dalam acara tersebut Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi bersama para duta sanitasi juga berbagi cerita tentang masalah sanitasi.
Dalam sambutannya, Nafsiah menuturkan, kebiasaan cuci tangan pakai sabun seharusnya sering dilakukan semua orang, terutama pada waktu-waktu penting. Seperti, sebelum makan atau memegang dan mengolah makanan, setelah buang air besar dan kecil, serta setelah melakukan kontak langsung dengan hewan atau tanah.
"Kegiatan cuci tangan pakai sabun semacam ini jangan hanya sebagai ceremony, tetapi harus menjadi budaya atau gaya hidup sehat yang dimulai sejak dini," ungkapnya dalam acara tersebut.
Lebih lanjut, Nafsiah mengatakan, bahwa selain kerap membiasakan diri untuk cuci tangan pakai sabun, hendaknya masyarakat juga membiasakan diri untuk menggunting dan membersihkan kuku secara teratur. “Ini semua tidak lain untuk menjaga diri dari wabah penyakit,” tambahnya.
Rangkaian Peringatan HCTPS
Bukan hanya, menyelenggarakan gerakan cuci tangan bersama di beberapa sekolah dasar yang ada di Jakarta, dalam memperingati HTCPS Kementerian Kesehatan juga mengadakan penyuluhan dan seminar tentang bahaya kecacingan.
Chandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementrian Kesehatan, mengatakan, tujuan utama diadakannya acara tersebut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya cacing yang masuk dan hidup di dalam tubuh.
“Selain itu, pada acara ini kami juga mengingatkan pentingya cuci tangan pakai sabun sebagai tindakan awal pencegahan,” ujarnya.
Sementara itu, Lula Kamal, pembawa acara sekaligus salah satu pembicara dalam acara tersebut mengatakan, kebiasaan CTPS seharusnya sudah ditanamkan sejak usia dini. Dalam hal ini orang tualah yang memegang peranan utama. Misalnya, setiap sebelum makan maupun sehabis buang air besar dan kecil para orang tua harus rajin mengingatkan buah hatinya agar cuci tangan pakai sabun.
“Kebiasaan ini perlu ditanamkan sejak dini, karena jika kegiatan menjaga kesehatan atau cuci tangna pakai sabun telah dilakukan sejak kecil, maka hingga dewasa secara tidak langsung perilaku ini akan terbawa hingga dewasa.
Lula menambahkan, selain merupakan langkah awal untuk hidup sehat, kegiatan CTPS juga berguna untuk dapat mencegah penularan wabah penyakit seperti cacingan dan diare. “Oleh karena itu, CTPS sangat penting dilakukan oleh semua orang,” pungkasnya.
** Penulis : Cheerli Foto: Dok. Sekt. STBM**
|
|
|