|
Home - Article -
19 November 2012 JAKARTA, KOMPAS.com - Membangun gedung ramah lingkungan seharusnya tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan predikat bergengsi serta tampilan bangunan istimewa. Green building memberikan kontribusi bagi pengurangan penggunaan energi, pengelolaan air hujan, hingga penghematan biaya perawatan dengan jumlah cukup signifikan.
Sebenarnya salah satu konsep green building itu dari
awal semua pihak sudah terlibat Agar operasionalnya nanti tidak sulit
dan tidak mahal.
-- Tiyok Prasetyoadi
"Yang membedakan green building dengan gedung konvensionalnya adalah konsep biaya konstruksinya. Dengan harga gedung relatif sama, orang akan membandingkan biaya service-nya," kata Direktur PT Triyasa Propertindo Budi Lesmana, Kamis (28/3/2013), berbincang tentang proyek Gran Rubina Business Park yang tengah dikerjakan bersama Planning & Development Workshop (PDW). "Dengan menggunakan konsep double skin, beban panas dapat turun jauh. Pengurangan jumlah panas dari sinar matahari mampu menghemat energi hingga 30 persen. Bila rata-rata pemakaian listrik mencapai 250 KWH/tahun, maka kami bisa turun hingga di bawah 200 KWH/tahun," timpal Managing Director Planning & Development Workshop Tiyok Prasetyoadi. Tiyok mengatakan, 60 persen dari service charge biasanya dialokasikan untuk membayar listrik, sementara 60 persen dari penggunaan listrik tersebut untuk pendingin ruangan. Maka, lanjut dia, dengan mengurangi panas yang masuk, orang dapat menghemat biaya dan energi begitu besar. Tiyok menekankan, bahwa pandangan negatif yang menganggap gedung ramah lingkungan tidak ramah terhadap anggaran sebenarnya terjadi karena kurangnya perencanaan. Terbukti, pihaknya tidak memerlukan biaya tambahan untuk membangun gedung ramah lingkungan. "Dengan mulai dari awal, akan lebih murah. Kalau baru saat konstruksi mengganti AC, mengganti material kaca, akan memberatkan anggaran. Sebenarnya salah satu konsep green building itu dari awal semua pihak sudah terlibat agar operasionalnya nanti tidak sulit dan tidak mahal," kata Tiyok. Saat ini, lanjut Tiyok, pihaknya tengah merencanakan pembangunan Gran Rubina Business Park yang rencananya baru akan rampung pada 2017 mendatang. Gedung pertamanya ditargetkan selesai sekitar pertengahan 2014. Selain mampu mengurangi biaya pemakaian listrik, Tiyok mengungkapkan, gedung yang tengah digarapnya ini memiliki sistem pengelolaan air hujan. Dengan sistem tersebut, gedung ini akan ikut mengurangi banjir dan menambah cadangan air Jakarta. Sumber: Kompas.com
|